Menurut saya Tana Toraja termasuk ke dalam epistemologi Hermeneutik karena prinsip utama dalam kajian dengan epistemologi ini adalah melihat fenomena sosial budaya sebagai suatu teks yang dapat dibaca dan tujuan telaah antropologi adalah untuk membaca dan memahami fenomena sosial budaya bukan menjelaskannya. Epistimologi ini ditujukan pada usaha mengungkapkan makna-makna dari berbagai fenomena simbolik dalam masyarakat, entah itu berupa perilaku, benda-benda ataupun pengetahuan, ide-ide manusia.
Disini saya akan menguraikan pendapat saya mengapa Tana Toraja termasuk kedalam epistimologi Hermeneutik. Diatas telah dibahas tentang prinsip utama dalam kajian epistemologi Hermeneutik dan tujuannya. Kini kita akan membahas Tana Toraja dengan berbagai kebudayaan,ciri khas yang sangat unik. Dari Hermeneutik kita bisa melihat makna atau arti dari setiap ritual dan fenomena simbolik di masyarakat Tana Toraja seperti :
1. Upacara Aluk Rambu Solo’
Rambu Solo’ adalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan mengantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian. Oleh karena itu, masyarakat setempat menganggap upacara ini sangat penting, karena kesempurnaan upacara ini akan menentukan posisi arwah orang yang meninggal tersebut, apakah sebagai arwah gentayangan (bombo), arwah yang mencapai tingkat dewa (to-membali puang), atau menjadi dewa pelindung (deata). Dalam konteks ini, upacara Rambu Solo menjadi sebuah “kewajiban”, sehingga dengan cara apapun masyarakat Tana Toraja akan mengadakannnya sebagai bentuk pengabdian kepada orang tua mereka yang meninggal dunia. Kemeriahan upacara Rambu Solo ditentukan oleh status sosial keluarga yang meninggal, diukur dari jumlah hewan yang dikorbankan. Semakin banyak kerbau disembelih, semakin tinggi status sosialnya. Biasanya, untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau yang disembelih berkisar antara 24-100 ekor, sedangkan warga golongan menengah berkisar 8 ekor kerbau ditambah 50 ekor babi.
dalam upara, orang mengangkat sebuah paung dan patung yang diarak merupakan replika dari orang yang meninggal dan yang mengangkat patung ini ialah kerabat laki-laki sedangkan yang perempuan membentangkan kain berwarna merah, semakin banyak orang yang ikut mengiringi berarti orang yang meninggal merupakan orang yang dihormati oleh masyarakat.
Sebelum jumlah hewan yang dikorbankan(persyaratan) itu mencukupi, jenazah tidak boleh dikuburkan di tebing atau di tempat tinggi. Makanya, tak jarang jenazah disimpan selama bertahun-tahun di Tongkonan (rumah adat Toraja) sampai akhirnya keluarga almarhum/ almarhumah dapat menyiapkan hewan kurban.Penyimpanan jenazah di penampungan mayat berbentuk “kontainer” ukuran raksasa dengan lebar 3 meter dan tinggi 10 meter serta tongkonan yang sudah berusia 600 tahun di Londa, Rantepao.
2. Upacara Rambu Tuka
Rambu Tuka adalah upacara-upacara kegembiraan (suka cita) seperti upacara pernikahan, selamatan rumah atau yang baru saja selesai direnovasi, pesta panen dan lain sebagainya.
ΓΌ Dalam rumah Adat Tana Toraja terdapat banyak hiasan dan simbol simbol yang banyak mengandung makna yaitu :
§ Katip yaitu patung mirip kepala ayam yang mengandung arti bahwa tongkonan itu penyebar dan pelaksana aturan-aturan sebagai pendidik dan pengayom masyarakat.
§ Ukiran berbentuk matahari ini melambangkan kehidupan manusia diatur dengan aturan yang terpancar dari satu pusat yaitu matahari.
§ Ukiran berbentuk ayam jantan melambangkan aturan dalam masyarakat dan simbol kepemimpinan.
§ Ukiran berbentuk tanduk kerbau melambangkan tulang punggung dari kehidupan manusia,hiasan ini juga sebagai perlambang kemakmuran.
§ Kepala kerbau sebagai lambang kekuasaan.
§ Tanduk kerbau melambangkan status sosial.Semakin banyak tanduk kerbau dan tulang babi berarti telah berkali-kali melakukan upacara rambu solo’.
Pengungkapan makna symbol dari rumah adat Tana Toraja merupakan tujuan dari epistimologi Hermeneutik karena didalam Hermeneutik,tidak hanya membahas makna ritualnya saja tetapi juga symbol dan segala aspek kehidupan di masyarakat Tana Toraja.
Dari apa yang tertulis diatas, akhirnya kita dapat memahami fenomena sosial budaya masyarakat tana toraja yang sangat menjunjung tinggi budaya nenek moyang mereka meski zaman telah berkembang pesat seperti sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar