Kamis, 03 Mei 2012

KOMUNIKASI KELOMPOK


 
Beberapa dari komunikasi yang secara pribadi paling penting dan paling memuaskan terjadi dalam kelompok kecil
  1. Pengertian Kelompok Kecil dan Karakteristiknya
Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka.
Karakteristik Kelompok Kecil
1.        Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah dengan pengirim maupun penerima. Definisi ini merupakan aspek penting dalam kelompok kecil. Pada umumnya, suatu kelompok kecil terdiri dari kira-kira 5 hingga 12 orang. Yang penting untuk diingat adalah bahwa setiap anggota harus bisa berfungsi sebagai sumber maupun penerima dengan relatif mudah. Jika kelompok menjadi lebih besar maka hal ini akan semakin sulit dipenuhi.

2.        Para anggota kelompok harus dihubungkan satu sama lain dengan beberapa cara. Orang-orang dalam gedung kelompok bukan merupakan kelompok, karena diantara mereka tidak ada hubungan satu sama lain. Di dalam kelompok kecil, perilaku seorang anggota menjadi nyata bagi semua anggota lainnya.
3.        Diantara anggota kelompok harus ada beberapa tujuan yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota harus mempunyai tujuan yang persis sama untuk menjadi anggota kelompok. Tetapi, pada umumnya harus ada alasan yang serupa bagi perorangan itu untuk berinteraksi.
4.        Para anggota kelompok harus dihubungkan oleh beberapa aturan dan struktur  yang teorganisasi. Pada saat strukturnya ketat maka kelompok akan berfungsi menurut produser tertentu di mana setiap komentar harus mengikuti aturan yang tertulis. Pada saat yang lain, strukturnya sangat longgar seperti pada suatu pertemuan sosial. Bagaimana pun juga, keduanya terdapat organisasi dan struktur. Dua orang tidak akan berbicara pada saat yang sama, komentar atau pertanyaan satu anggota akan dilayani oleh anggota lain dan tidak akan diabaikan dan sebagainya.
Beberapa Norma Kelompok Kecil
            Pada umumnya kelompok mengembangkan norma atau peraturan mengenai perilaku yang diinginkan. Kadang-kadang peraturan ini dinyatakan secara eksplisit seperti misalnya dalam kontrak atau kebijakan perusahaan. Norma atau peraturan ini berlaku bagi anggota perorangan maupun kelompok secara keseluruhan, dan tentunya akan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Menurut Napier dan Gershenfeld (1987), para anggota kelompok akan menerima norma tersebut apabila:
  1. Anggota menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok
  2. Pentingnya keanggotaan kelompok seseorang semakin tinggi
  3. Kelompok bersifat kohesif dan para anggota berhubungan sangat erat, terikat satu sama lain dan kelompok memenuhi kebutuhan mereka
  4. Pelanggaran norma dihukum denagn reaksi yang negatif atau dikucilkan dari kelompok

  1. Empat Jenis Pokok Kelompok Kecil dan Format Kelompok Kecil
  1. Kelompok pemecahan masalah
Kelompok pemecahan masalah adalah sekumpulan individu yang bertemu untuk memecahkan suatu masalah tertentu atau untuk mencapai suatu keputusan mengenai beberapa masalah tertentu. Dalam beberapa hal, cara ini merupakan cara yang paling efektif bagi kelompok untuk ikut berpartisipasi karena yang diperlukan bukan hanya pengetahuan mengenai teknik-teknik berkomunikasi kelompok kecil itu, tetapi pengetahuan yang menyeluruh mengenai masalah tersebut. Disamping itu kelompok pemecahan masalah biasanya memerlukan kesetiaan mematuhi serangkaian peraturan prosedural yang kaku.
Pendekatan Pemecahan Masalah
            Pendekatan pemecahan masalah yang meminjam formulasi tahap-tahap dalam refleksi berpikir seorang filsuf John Dewey diidentifikasi ada enam tahap. Tahap-tahap dirancang agar pemecahan masalah lebih efisien dan efektif.
a.    Definisi dan analisis masalah. Dalam praktek sehari-hari, seringkali suatu masalah sudah dapat diidentifikasi dengan jelas. Di lain pihak, ada juga masalah yang sifatnya samar dan kelompok masih merasa perlu untuk mendefinisikan masalah itu secara lebih jelas. Jadi, masalah yang bersifat umum misalnya, bisa jadi menimbulkan kesulitan dalam komunikasinya. Karena masalah yang samar dan sifatnya umum sulit untuk dipecahkan dalam diskusi pemecahan masalah, maka kelompok harus merumuskan masalah itu secara spesifik terlebih dahulu.
Pada umumnya suatu masalah akan lebih baik didefinisikan sebagai pernyataan yang terbuka (“Bagaimana caranya kita meningkatkan mutu koran kampus?”) daripada dalam bentuk pernyataan (“mutu koran kampus harus ditingkatkan). Suatu pertanyaan terbuka memungkinkan terjadinya kebebasan eksplorasi yang lebih besar dan tidak membatasi bagaimana kelompok melakukan pendekatan atas pemecahan suatu masalah. Masalahnya pun juga harus dibatasi lingkupnya agar supaya bidang pembahasannya masih dapat dikendalikan. Dan dalam merumuskan masalah, kelompok harus menganalisis masalah itu dan mengidentifikasi dimensi permasalahan.
b.    Menyusun kriteria untuk mengevaluasi pemecahan. Pada umumnya, terdapat dua jenis kriteria yang harus dipertimbangkan. Pertama adalah kriteria praktis. Sebagai contoh, barangkali kita akan memutuskan bahwa pemecahannya tidak boleh menambah anggaran atau bahwa pemecahannya harus menghasilkan pemasang iklan yang lebih banyak. Kedua kriteria nilai. Kriteria ini lebih sulit diidentifikasi. Yang termasuk di dalam koran ini misalnya adalah bahwa koran kampus harus memberikan pengalaman belajar bagi mereka yang menggarapnya atau bahwa koran itu harus mencerminkan sikap dewan kehormatan, para staff pengajar, atau para mahasiswa.
c.     Identifikasi pemecahan yang mungkin. Pada tahap ini perlu dikembangkan cara pemecahan atau solusi sebanyak mungkin dan proses sumbang saran merupakan cara praktis untuk mengembangkan alternatif pemecahan.
  1. Evaluasi pemecahan.
  2. Memilih pemecahan yang terbaik.
  3. Pengujian pemecahan yang dipilih.
Kelompok Nominal
Kelompok nominal dapat diuraikan dengan cara mengikuti prosedurnya ketika berhadapan dengan masalah spesifik (Huseman, 1977).
Metoda pembuatan keputusan
Kelompok mungkin saja menggunakan metoda pembuatan keputusan yang berbeda-beda. Tetapi pada umumnya kelompok akan menggunakan salah satu dari ketiga metoda berikut:
  1. Wewenang: para anggota menyarakan perasaan dan pendapat mereka, tetapi pemimpin, bos atau direksi membuat keputusan akhir
  2. Aturan mayoritas: kelompok menyetujui untuk memetuhi keputusan mayoritas dan mengijinkan adanya pemungutan suara untuk mencari penyelesaian suatu masalah.
  3. Konsensus: kelompok hanya akan sampai pada suatu keputusan jika semua anggota kelompok menyetujuinya.
  1. Kelompok pengembangan ide
Banyak kelompok kecil dibentuk semata-mata hanya untuk mengembangkan ide. Dalam hal ini, cara sumbang saran sering dipakai (Osborn, 1957). Sumbang saran merupakan teknik untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara memunculkan gagasan sebanyak mungkin. Dalam sistem ini, prosesnya terdiri dari dua tahap. Pertama adalah periode sumbang saran. Kedua adalah periode evaluasi.
Selama proses pengembangan ide, harus dipatuhi empat aturan berikut:
  1. Kritik negatif tidak diperbolehkan
  2. Kuantitas yang lebih penting. Semakin banyak gagasan, semakin baik.
  3. Kombinasi dan penambahan diperkenankan.
  4. Kebebasan diperkenankan. Gagasan yang aneh dan gila pun dianggap lebih baik. Gagasan gila dapat dengan mudah diperhalus, tetapi tidak mudah diterangkan secara sederhana.
  1. Kelompok pengembangan pribadi
Kelompok pengembangan pribadi berusaha membantu para anggotanya untuk menyelesaikan masalah tertentu, seperti kecanduan alkohol, mantan narapidana, dan lain sebagainya. Kelompok pengembangan pribadi yang lain bersifat lebih terapis dan dirancang untuk mengubah aspek kepribadian atau perilaku secara mendasar.
Beberapa kelompok pengembangan pribadi yang populer
Kelompok pelatihan asertif bertujuan untuk meningkatkan kemauan para anggotanya untuk berdiri tegak atas hak-hak mereka dan berperilaku lebih asertif dalam situasi yang lebih luas (Adler, 1977)
Kelompok peningkatan-kesadaran dirancang untuk membantu orang menghadapi masalah di kehidupan sosial.
  1. Kelompok pendidikan atau belajar
Tujuan dari kelompok pendidikan atau belajar ini adalah untuk memperoleh informasi baru atau ketrampilan baru melalui pertukaran pengetahuan. Dalam kebanyakan situasi kelompok kecil, semua anggota memiliki sesuatu untuk diajarkan dan sesuatu untuk dipelajari. Para anggota mengumpulkan semua pengetahuan mereka dan mereka semua akan memperoleh manfaatnya. Para anggota mungkin akan mengikuti berbagai pola diskusi.
Format kelompok kecil
Kelompok kecil melaksanakan kegiatannya dengan berbagai format. Format yang paling populer adalah panel atau meja bundar, seminar, simposium, dan simposiun-forum.
1.         Panel atau meja bundar. Dalam format panel atau meja bundar, anggota kelompok mengatur diri mereka sendiri dalam pola melingkar atau semi-melingkar. Mereka berbagi informasi atau memecahkan permasalahan tanpa pengaturan siapa dan kapan mereka bicara. Anggota akan memberikan kontribusinya jika mereka sendiri merasakan layak untuk itu.
2.         Seminar. Dalam seminar, anggota kelompok adalah “para pakar” dan berpartisipasi dalam format panel atau meja bundar. Perbedaannya adalah seminar terdapat peserta yang anggotanya diminta untuk berkontribusi. Mereka ini bisa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau memberikan beberapa umpan balik. Modifikasi lain dari seminar adalah format seminar dua panel yang terdiri dari panel pakar dan panel awam. Panel awam mendiskusikan topik, tetapi jika mereka memerlukan informasi teknis, tambahan data atau pengarahan, mereka akan meminta bantuan kepada anggota panel pakar untuk memberikan informasi yang diperlukan.
3.         Simposium. Dalam simposium, setiap anggota menyajikan presentasi yang telah disiapkan seperti halnya pidato di depan umum. Semua pembicara menilik dari aspek yang berbeda mengenai satu topik. Dalam simposium, pemimpin akan memperkenalkan para pembicara, mengatur alur dari satu pembicara ke pembicara lain dan bisa juga menyampaikan ringkasannya secara berkala.
4.         Simposium-forum. Simposium-forum terdiri dari dua bagian: simposium, dengan pembicara yang sudah disiapkan, dan forum yang mempersilahkan para hadirin untuk mengjukan pertanyaan dan dijawab oleh pembicara. Pimpinan akan memperkenalkan para pembicara dan menjadi moderator dalam acara tanya jawab.

  1. Anggota Dalam Komunikasi Kelompok Kecil Efektivitas Komunikasi Kelompok
  1. Peran anggota
Benne dan Sheats membagi peran anggota menjadi tiga kelas umum: peran tugas kelompok, peran membina dan mempertahankan kelompok, dan peran individual. Setiap dari peran umum ini bisa dilakukan dengan beberapa perilaku spesifik yang berbeda-berbeda. Sudah barang tentu, peran semacam ini juga dilakukan oleh pemimpinnya.
a.    Peran Tugas kelompok adalah peran yang membuat kelompok mampu untuk memfokuskan secara lebih spesifik dalam mencapai tujuan kelompok. Kebutuhan dan tujuan mengatur peran yang harus dilakukan para anggota. Anggota kelompok yang efektif akan melaksanakan beberapa fungsi ini, walaupun beberapa orang terkunci pada berapa peran spesifik saja. Sebagai contoh seseorang seringkali selalu mencari pendapat orang lain, yang lain sering berkonsentrasi pada uraian rinci, dan yang lain mengevaluasi saran yang muncul. Peran tugas kelompok akan berjalan baik apabila peran ini tersebar merata.
b.    Peran Membina dan Mempertahankan Kelompok. Kelompok merupakan satu unit yang anggotanya memiliki hubungan interpersonal yang beragam. Hubungan ini perlu dipelihara jika kelompok ingin berfungsi secara efektif jika para anggota ingin merasa puas dan produktif. Apabila fungsi ini tidak dilakukan, para anggota kelompok akan menjadi rusak atau komunikasi kelompok kecil menjadi terganggu pada tingkat pribadi.
c.    Peran Individual yaitu peran yang kontraproduktif. Peran itu menghambat kelompok dalam mencapai tujuannya dan lebih berorientasi pada individu daripada kelompok. Peran ini menghambat efektivitas baik dalam produktivitas maupun kepuasan pribadi.
Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi
Komunikator harus mencari sifat-sifat penerima yang berhubungan erat dengan daya persuasi dan menggunakan sifat-sifat ini untuk mengarahkan pesan dan mengembangkan media. Orang yang berpendidikan dianggap lebih sulit dipengaruhi, tetapi pernyataan ini tidak menyakinkan. Orang yang memiliki konsep diri yang lemah (kurang percaya diri) tampaknya lebih mudah dipengaruhi. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Cox dan Bauer (1979;46) menunjukkan hubungan kurva linear antara kepercayaan diri dengan daya persuasi, yaitu mereka yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang sedang adalah mereka yang paling mudah dipengaruhi.
Komunikator juga perlu memperhatikan kesadaran para penerima bahwa komunikator sedang berusaha mempengaruhi mereka. Orang yang sebelumnya telah dihadapkan pada beberapa upaya persuasi akan memberikan tanggapan yang berbeda dengan orang yang belum pernah dipengaruhi sebelumnya. Fiske dan Hartley (1980;79) menunjukkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi efektivitas suatu komunikasi :
1. Semakin besar monopoli sumber komunikasi terhadap penerima, semakin besar kemungkinan penerima akan menerima pengaruh atau pesan tersebut.
2. Pengaruh komunikasi yang paling besar adalah pada saat pesan yang disampaikan sesuai dengan pendapat, kepercayaan dan watak penerima.
3. Komunikasi dapat menyebabkan perubahan yang efektif atas masalah yang tidak dikenal, dianggap ringan, dan bukan inti, yang tidak terletak pada pusat sistem nilai penerima itu.
4. Komunikasi akan lebih efektif jika sumber dipercaya memiliki keahlian, status yang tinggi, obyektif, atau disukai, tetapi yang paling utama adalah sumber memiliki kekuasaan dan dapat diidentifikasikan.
5. Konteks sosial, kelompok atau kelompok referensi akan menjadi penengah dalam komunikasi dan mempengaruhi apakah komunikasi akan diterima ataukah ditolak.
Keefektifan Hubungan Antarpersonal adalah taraf seberapa jauh akibat-akibat dari tingkah laku kita sesuai dengan yang kita harapkan. Keefektifan dalam hubungan antarpersonal ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan/mempengaruhi untuk orang lain sesuai dengan kehendak kita. Dalam proses Konunikasi tersebut tentunya ada umpan balik.

Komunikasi dikatakan efektif jika dapat menimbulkan lima hal, yaitu:
  1. Pengertian. Pengertian adalah penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang dimaksudkan oleh komunikator
  2. Kesenangan. Komunikasi dilakukan untuk mengupayakan agar mereka sama-sama merasa senang. Sebagaimana disebut pada Analisis Transaksional (Eric Berne, 1982) sebagai “saya oke, kamu oke”. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi Fatis (phatic communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan.
  3. Mempengaruhi Sikap. Misal, orang tua melakukan komunikasi dengan anaknya bertujuan untuk mempengaruhi agar mau belajar, inilah contoh persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri orang tua dan pesan yang menimbulkan efek pada remaja.
  4. Hubungan Sosial Yang Baik. Hubungan sosial yang baik artinya komunikasi ditunjukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia yang merupakan mahluk individu yang sosial mempunyai kebutuhan sosial, yaitu ingin berhubungan dengan orang lain secara positif.
  5. Tindakan
Faktor yang Menghambat Efektivitas Komunikasi Kelompok
1.    Masalah prosedural
a.       Konflik peran. Pengaruhnya: para anggota bersaing memperoleh posisi pemimpin, para anggota merasa tidak jelas mengenai fungsinya.
b.      Analisis masalah. Pengaruhnya: para anggota mengambil jalan pintas dalam menganalisis masalah.
c.       Mengevaluasi usulan. Pengaruhnya: para anggota mengevaluasi usulan tanpa menyetujui kriteria untuk mempertimbangkan usulan dan pemecahannya.
2.    Masalah proses
a.       Keeratan kurang. Pengaruhnya: para anggota kurang erat satu sama lain dan bisa meninggalkan kelompok
b.      Keeratan tinggi. Pengaruhnya: para anggota bisa mengabaikan masalahnya dalam rangka mempertahankan hubungan interpersonal kelompok.
c.       Tekanan kecocokan. Pengaruhnya: para anggota mencari kecocokan dan mungkin tidak mengungkapkan perbedaan pendapat dan ketidaksetujuan.
d.      Masalah proses logis. Pengaruhnya: para anggota salah mengerti masalah yang sebenarnya, menolak informasi yang tepat.
3.    Masalah kepribadian. Pengaruhnya: para anggota segan untuk mengungkapkan masalahnya sendiri, ketidaksetujuan dianggap menyinggung pribadi.

  1. Teori-Teori Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang berinteraksi yang mempunyai tujuan bersama. Pengertian kelompok ditinjau dari pendekatan komunikasi dapat dilihat dari definisi Robert A. Bales dalam bukunya, Interaction Process Analysis, yakni: “Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam satu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face) dimana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara sehingga baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya, dia dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perorangan” (Effendy, 2003).
Sejumlah teori tentang tingkah laku kelompok kecil telah dikembangkan dan banyak di antaranya menunjang usaha-usaha memahami gejala kelompok kecil. Berikut ini akan disajikan sejumlah teori yang mempunyai relevansi besar bagi perkembangan komunikasi kelompok.
  1. Teori Keseimbangan dari Heider
Ruang lingkup teori keseimbangan (balance theory) dari heider adalah mengenai hubungan-hubungan antarpribadi. Teori ini berusaha menerangkan begaimana individu sebagai bagian dari struktur sosial (misalnya, sebagai suatu kelompok) cenderung untuk berhubungan satu sama lain. Salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat berhubungan ialah dengan menjalin komunikasi secara terbuka. Anggota kelompok dapat merumuskan dan menyampaikan pesan-pesan yang dirumuskan oleh anggota kelompok yang lain. Akan tetapi, teori Heider tidak mencakup komunikasi terbuka semacam ini. teori Heider memusatkan perhatiannya pada hubungan intrapribadi yang berfungsi sebagai “daya tarik”. Dalam hal ini, daya tarik menurut Heider adalah semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan tidak suka terhadap individu-individu dan objek-objek lain. Dengan demikian, teori Heider berkepentingan secara khusus dengan apa yang diartikan sebagai komunikasi intrapribadi yaitu menaruh perhatian pada keadaan-keadaan intrapribadi tertentu yang mungkin mempengaruhi pola-pola hubungan dalam kelompok. Di luar itu, relevansi teori keseimbangan dari Heider ini tidak dirasakan secara langsung. Meskipun demikian, Heider memberikan penjelasan tentang keseimbangan dalam suatu kelompok. Ahli komunikasi kelompok ini dapat menemukan keterkaitan erat antara keseimbangan dan tingkah laku komunikasi terbuka dari anggota kelompok.
            Teori Heider merupakan penjelasan tentang gejala-gejala kelompok. Teori tersebut juga menyediakan beberapa cara yang bermanfaat untuk melihat kelompok yang mempunyai hubungan dengan kejadian intrapribadi yang berkaitan dengan dimensi struktural dari perasaan suka. Teori ini mungkin juga bermanfaat untuk menerangkan beberapa kejadian komunikasi terbuka di dalam kelompok, walaupun tidak secara langsung berhubungan dengan tingkah laku pesan.

  1. Teori A-B-X dari Newcomb
Pendekatan Newcomb terhadap komunikasi bersifat psikologis, berkaitan dengan interaksi manusia yang cenderung kepada terbentuknya jaringan kelompok. Model dari Newcomb dapat membantu ahli komunikasi kelompok dalam menjelaskan dan memperkirakan tingkah laku kelompok yang beranggotakan 2 orang. Teori ini memusatkan perhatian pada pola hubungan yang ada di antara 2 individu dalam berinteraksi dan pada objek yang mempengaruhi interkasi di antara mereka. Sistem A-B-X dari Newcomb memperluas teori hubungan intrapribadi dari Heider sampai kepada interaksi yang terjadi di antara anggota dari kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang. Model dari Newcomb melibatkan tiga unsur, yaitu: A dan B, yang mewakili 2 orang individu yang berinteraksi; dan X sebagai objek pembicaraan. Menurut Newcomb, tingkah laku komunikasi terbuka antara A dan B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka untuk mencapai keseimbangan atau keadan simetris antara satu sama lain dan juga terhadap X. Komunikasi terjadi karena A harus berorientasi terhadap B dan X, serta B harus beorientasi terhadap A dan X. Untuk mencari keadaan yang simetris, A berusaha untuk melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi B terhadap X, jika A menemukan keadaan tidak seimbang di antara mereka. B dengan sendirinya juga akan mempunyai dorongan yang sama terhadap orientasi A. Besarnya pengaruh akan ditanamkan oleh A dan B terhadap satu sama lain, serta kemungkinan usaha masing-masing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkat pada saat daya tarik dan intensitas sikap terhadap X meningkat. Dengan demikian, pada model ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif bagi orang yang mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya (Severin dan Tankard, 2005)
  1. Teori Perbandingan Sosial dari Festinger
Teori atau pendekatan perbandingan sosial mengemukakan bahwa tindak komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat, dan kemampuannya dengan individu lain. Dalam pandangan teori perbandingan sosial, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa. Kalau tingkat pentingnya peristiwa tersebut meningkat, hubungan dalam kelompok juga menunjukkan peningkatan. Selain itu, setelah suatu keputusan kelompok dibuat, para anggota kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat mereka lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut.
Menurut Festinger, kita cenderung mengarahkan komunikasi kita kepada mereka yang dalam struktur sosial kita diharapkan lebih dekat. Sebagai tambahan catatan, teori perbandingan sosial ini diupayakan untuk dapat menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari para anggota kelompok mengalami peningkatan atau penurunan (Goldberg dan Larson, 1985)
  1. Teori Sosiometris Moreno
Sosiometris merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan teoretis terhadap kelompok. Teori ini berasumsi bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak berkomunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, dimana setiap anggota diminta untuk memberi jenjang atau rangking terhadap anggota lainnya, dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur pola kelompok melalui sosiometri ini, seseorang dapat menemukan bagaimana kelompok yang kuat, kompak, dan produktif terbentuk.
  1. Teori Analisis Proses Interaksi dari Bales
Analisis proses interaksi dari Bales adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua unsur komunikasi atau berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama antara kategori tugas dan kategori sosio-emosional dan kedua kategori tersebut dibagi dalam unsur positif dan negatif yang sama. Selain itu, penelitian Bales menunjukkan bahwa kelompok yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan tugas dan kebutuhan antarpribadi cenderung mempertahankan keseimbangan mereka. Hal ini dilakukan dengan cara meluangkan waktu yang lebih lama pada kegiatan sosio-emosional dalam tahapan keseimbangan dan begitu pula sebaliknya.
Menurutnya, jika suatu kelompok berorientasi pada tugas, pembagian kerja, perbedaan peranan, dan perbedaan wewenang yang ada, dapat menciptakan banyak kesulitan antarpribadi yang dapat mempengaruhi solidaritas kelompok. Kesulitan-kesulitan ini menimbulkan tekanan untuk memuaskan kebutuhan antarpribadi para anggota kelompok. Pandangan Bales, penting khususnya bagi ahli komunikasi kelompok karena ia sering diminta untuk membantu kelompok-kelompok yang menderita akibat ketegangan mental yang diciptakan oleh tekanan-tekanan kontradiktif yang ada kaitannya dengan tugas dan kebutuhan antarpribadi.

 
DAFTAR PUSTAKA

A.W, Widjaja. 1988. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Bina Aksara.
Arni, Muhammad. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffesional Books.
Sumadi, Dilla. 2007. Komunikasi Pembangunan. Bandung: Sambiosa Rekatama Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar