Beberapa dari
komunikasi yang secara pribadi paling penting dan paling memuaskan terjadi
dalam kelompok kecil
- Pengertian Kelompok Kecil dan Karakteristiknya
Kelompok kecil adalah
sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh
beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara
mereka.
Karakteristik
Kelompok Kecil
1.
Kelompok kecil adalah sekumpulan
perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi
dengan mudah dengan pengirim maupun penerima. Definisi ini merupakan aspek
penting dalam kelompok kecil. Pada umumnya, suatu kelompok kecil terdiri dari
kira-kira 5 hingga 12 orang. Yang penting untuk diingat adalah bahwa setiap
anggota harus bisa berfungsi sebagai sumber maupun penerima dengan relatif
mudah. Jika kelompok menjadi lebih besar maka hal ini akan semakin sulit
dipenuhi.
2.
Para anggota kelompok harus dihubungkan
satu sama lain dengan beberapa cara. Orang-orang dalam gedung kelompok bukan
merupakan kelompok, karena diantara mereka tidak ada hubungan satu sama lain.
Di dalam kelompok kecil, perilaku seorang anggota menjadi nyata bagi semua
anggota lainnya.
3.
Diantara anggota kelompok harus ada
beberapa tujuan yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota harus
mempunyai tujuan yang persis sama untuk menjadi anggota kelompok. Tetapi, pada
umumnya harus ada alasan yang serupa bagi perorangan itu untuk berinteraksi.
4.
Para anggota kelompok harus dihubungkan
oleh beberapa aturan dan struktur yang
teorganisasi. Pada saat strukturnya ketat maka kelompok akan berfungsi menurut
produser tertentu di mana setiap komentar harus mengikuti aturan yang tertulis.
Pada saat yang lain, strukturnya sangat longgar seperti pada suatu pertemuan
sosial. Bagaimana pun juga, keduanya terdapat organisasi dan struktur. Dua
orang tidak akan berbicara pada saat yang sama, komentar atau pertanyaan satu
anggota akan dilayani oleh anggota lain dan tidak akan diabaikan dan
sebagainya.
Beberapa
Norma Kelompok Kecil
Pada
umumnya kelompok mengembangkan norma atau peraturan mengenai perilaku yang
diinginkan. Kadang-kadang peraturan ini dinyatakan secara eksplisit seperti
misalnya dalam kontrak atau kebijakan perusahaan. Norma atau peraturan ini
berlaku bagi anggota perorangan maupun kelompok secara keseluruhan, dan
tentunya akan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Menurut Napier dan
Gershenfeld (1987), para anggota kelompok akan menerima norma tersebut apabila:
- Anggota menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok
- Pentingnya keanggotaan kelompok seseorang semakin tinggi
- Kelompok bersifat kohesif dan para anggota berhubungan sangat erat, terikat satu sama lain dan kelompok memenuhi kebutuhan mereka
- Pelanggaran norma dihukum denagn reaksi yang negatif atau dikucilkan dari kelompok
- Empat Jenis Pokok Kelompok Kecil dan Format Kelompok Kecil
- Kelompok pemecahan masalah
Kelompok pemecahan
masalah adalah sekumpulan individu yang bertemu untuk memecahkan suatu masalah
tertentu atau untuk mencapai suatu keputusan mengenai beberapa masalah
tertentu. Dalam beberapa hal, cara ini merupakan cara yang paling efektif bagi
kelompok untuk ikut berpartisipasi karena yang diperlukan bukan hanya
pengetahuan mengenai teknik-teknik berkomunikasi kelompok kecil itu, tetapi
pengetahuan yang menyeluruh mengenai masalah tersebut. Disamping itu kelompok
pemecahan masalah biasanya memerlukan kesetiaan mematuhi serangkaian peraturan
prosedural yang kaku.
Pendekatan
Pemecahan Masalah
Pendekatan
pemecahan masalah yang meminjam formulasi tahap-tahap dalam refleksi berpikir
seorang filsuf John Dewey diidentifikasi ada enam tahap. Tahap-tahap dirancang
agar pemecahan masalah lebih efisien dan efektif.
a.
Definisi dan analisis masalah. Dalam praktek sehari-hari, seringkali
suatu masalah sudah dapat diidentifikasi dengan jelas. Di lain pihak, ada juga
masalah yang sifatnya samar dan kelompok masih merasa perlu untuk
mendefinisikan masalah itu secara lebih jelas. Jadi, masalah yang bersifat umum
misalnya, bisa jadi menimbulkan kesulitan dalam komunikasinya. Karena masalah
yang samar dan sifatnya umum sulit untuk dipecahkan dalam diskusi pemecahan
masalah, maka kelompok harus merumuskan masalah itu secara spesifik terlebih
dahulu.
Pada umumnya suatu
masalah akan lebih baik didefinisikan sebagai pernyataan yang terbuka
(“Bagaimana caranya kita meningkatkan mutu koran kampus?”) daripada dalam
bentuk pernyataan (“mutu koran kampus harus ditingkatkan). Suatu pertanyaan
terbuka memungkinkan terjadinya kebebasan eksplorasi yang lebih besar dan tidak
membatasi bagaimana kelompok melakukan pendekatan atas pemecahan suatu masalah.
Masalahnya pun juga harus dibatasi lingkupnya agar supaya bidang pembahasannya
masih dapat dikendalikan. Dan dalam merumuskan masalah, kelompok harus
menganalisis masalah itu dan mengidentifikasi dimensi permasalahan.
b.
Menyusun kriteria untuk
mengevaluasi pemecahan. Pada umumnya, terdapat dua jenis kriteria yang harus
dipertimbangkan. Pertama adalah kriteria praktis. Sebagai contoh, barangkali
kita akan memutuskan bahwa pemecahannya tidak boleh menambah anggaran atau
bahwa pemecahannya harus menghasilkan pemasang iklan yang lebih banyak. Kedua
kriteria nilai. Kriteria ini lebih sulit diidentifikasi. Yang termasuk di dalam
koran ini misalnya adalah bahwa koran kampus harus memberikan pengalaman
belajar bagi mereka yang menggarapnya atau bahwa koran itu harus mencerminkan
sikap dewan kehormatan, para staff pengajar, atau para mahasiswa.
c.
Identifikasi pemecahan yang mungkin. Pada tahap ini perlu dikembangkan cara
pemecahan atau solusi sebanyak mungkin dan proses sumbang saran merupakan cara
praktis untuk mengembangkan alternatif pemecahan.
- Evaluasi pemecahan.
- Memilih pemecahan yang terbaik.
- Pengujian pemecahan yang dipilih.
Kelompok
Nominal
Kelompok nominal dapat
diuraikan dengan cara mengikuti prosedurnya ketika berhadapan dengan masalah
spesifik (Huseman, 1977).
Metoda
pembuatan keputusan
Kelompok mungkin saja
menggunakan metoda pembuatan keputusan yang berbeda-beda. Tetapi pada umumnya
kelompok akan menggunakan salah satu dari ketiga metoda berikut:
- Wewenang: para anggota menyarakan perasaan dan pendapat mereka, tetapi pemimpin, bos atau direksi membuat keputusan akhir
- Aturan mayoritas: kelompok menyetujui untuk memetuhi keputusan mayoritas dan mengijinkan adanya pemungutan suara untuk mencari penyelesaian suatu masalah.
- Konsensus: kelompok hanya akan sampai pada suatu keputusan jika semua anggota kelompok menyetujuinya.
- Kelompok pengembangan ide
Banyak kelompok kecil
dibentuk semata-mata hanya untuk mengembangkan ide. Dalam hal ini, cara sumbang
saran sering dipakai (Osborn, 1957). Sumbang saran merupakan teknik untuk
menyelesaikan suatu masalah dengan cara memunculkan gagasan sebanyak mungkin.
Dalam sistem ini, prosesnya terdiri dari dua tahap. Pertama adalah periode sumbang
saran. Kedua adalah periode evaluasi.
Selama proses pengembangan ide, harus dipatuhi empat
aturan berikut:
- Kritik negatif tidak diperbolehkan
- Kuantitas yang lebih penting. Semakin banyak gagasan, semakin baik.
- Kombinasi dan penambahan diperkenankan.
- Kebebasan diperkenankan. Gagasan yang aneh dan gila pun dianggap lebih baik. Gagasan gila dapat dengan mudah diperhalus, tetapi tidak mudah diterangkan secara sederhana.
- Kelompok pengembangan pribadi
Kelompok pengembangan
pribadi berusaha membantu para anggotanya untuk menyelesaikan masalah tertentu,
seperti kecanduan alkohol, mantan narapidana, dan lain sebagainya. Kelompok
pengembangan pribadi yang lain bersifat lebih terapis dan dirancang untuk
mengubah aspek kepribadian atau perilaku secara mendasar.
Beberapa kelompok pengembangan pribadi yang populer
Kelompok pelatihan asertif bertujuan untuk
meningkatkan kemauan para anggotanya untuk berdiri tegak atas hak-hak mereka
dan berperilaku lebih asertif dalam situasi yang lebih luas (Adler, 1977)
Kelompok peningkatan-kesadaran dirancang untuk
membantu orang menghadapi masalah di kehidupan sosial.
- Kelompok pendidikan atau belajar
Tujuan dari kelompok
pendidikan atau belajar ini adalah untuk memperoleh informasi baru atau
ketrampilan baru melalui pertukaran pengetahuan. Dalam kebanyakan situasi
kelompok kecil, semua anggota memiliki sesuatu untuk diajarkan dan sesuatu
untuk dipelajari. Para anggota mengumpulkan semua pengetahuan mereka dan mereka
semua akan memperoleh manfaatnya. Para anggota mungkin akan mengikuti berbagai
pola diskusi.
Format
kelompok kecil
Kelompok kecil
melaksanakan kegiatannya dengan berbagai format. Format yang paling populer
adalah panel atau meja bundar, seminar, simposium, dan simposiun-forum.
1.
Panel
atau meja bundar. Dalam format panel atau meja bundar,
anggota kelompok mengatur diri mereka sendiri dalam pola melingkar atau
semi-melingkar. Mereka berbagi informasi atau memecahkan permasalahan tanpa
pengaturan siapa dan kapan mereka bicara. Anggota akan memberikan kontribusinya
jika mereka sendiri merasakan layak untuk itu.
2.
Seminar.
Dalam seminar, anggota kelompok adalah “para pakar” dan berpartisipasi dalam
format panel atau meja bundar. Perbedaannya adalah seminar terdapat peserta
yang anggotanya diminta untuk berkontribusi. Mereka ini bisa diminta untuk
mengajukan pertanyaan atau memberikan beberapa umpan balik. Modifikasi lain
dari seminar adalah format seminar dua panel yang terdiri dari panel pakar dan
panel awam. Panel awam mendiskusikan topik, tetapi jika mereka memerlukan
informasi teknis, tambahan data atau pengarahan, mereka akan meminta bantuan
kepada anggota panel pakar untuk memberikan informasi yang diperlukan.
3.
Simposium.
Dalam simposium, setiap anggota menyajikan presentasi yang telah disiapkan
seperti halnya pidato di depan umum. Semua pembicara menilik dari aspek yang
berbeda mengenai satu topik. Dalam simposium, pemimpin akan memperkenalkan para
pembicara, mengatur alur dari satu pembicara ke pembicara lain dan bisa juga
menyampaikan ringkasannya secara berkala.
4.
Simposium-forum.
Simposium-forum terdiri dari dua bagian: simposium, dengan pembicara yang sudah
disiapkan, dan forum yang mempersilahkan para hadirin untuk mengjukan
pertanyaan dan dijawab oleh pembicara. Pimpinan akan memperkenalkan para
pembicara dan menjadi moderator dalam acara tanya jawab.
- Anggota Dalam Komunikasi Kelompok Kecil Efektivitas Komunikasi Kelompok
- Peran anggota
Benne dan Sheats
membagi peran anggota menjadi tiga kelas umum: peran tugas kelompok, peran
membina dan mempertahankan kelompok, dan peran individual. Setiap dari peran
umum ini bisa dilakukan dengan beberapa perilaku spesifik yang berbeda-berbeda.
Sudah barang tentu, peran semacam ini juga dilakukan oleh pemimpinnya.
a.
Peran Tugas kelompok adalah peran yang
membuat kelompok mampu untuk memfokuskan secara lebih spesifik dalam mencapai
tujuan kelompok. Kebutuhan dan tujuan mengatur peran yang harus dilakukan para
anggota. Anggota kelompok yang efektif akan melaksanakan beberapa fungsi ini,
walaupun beberapa orang terkunci pada berapa peran spesifik saja. Sebagai
contoh seseorang seringkali selalu mencari pendapat orang lain, yang lain
sering berkonsentrasi pada uraian rinci, dan yang lain mengevaluasi saran yang
muncul. Peran tugas kelompok akan berjalan baik apabila peran ini tersebar
merata.
b.
Peran Membina dan Mempertahankan
Kelompok. Kelompok merupakan satu unit yang anggotanya memiliki hubungan
interpersonal yang beragam. Hubungan ini perlu dipelihara jika kelompok ingin
berfungsi secara efektif jika para anggota ingin merasa puas dan produktif. Apabila
fungsi ini tidak dilakukan, para anggota kelompok akan menjadi rusak atau
komunikasi kelompok kecil menjadi terganggu pada tingkat pribadi.
c.
Peran Individual yaitu peran yang
kontraproduktif. Peran itu menghambat kelompok dalam mencapai tujuannya dan lebih
berorientasi pada individu daripada kelompok. Peran ini menghambat efektivitas
baik dalam produktivitas maupun kepuasan pribadi.
Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi
Komunikator harus mencari sifat-sifat penerima yang berhubungan erat dengan
daya persuasi dan menggunakan sifat-sifat ini untuk mengarahkan pesan dan
mengembangkan media. Orang yang berpendidikan dianggap lebih sulit dipengaruhi,
tetapi pernyataan ini tidak menyakinkan. Orang yang memiliki konsep diri yang
lemah (kurang percaya diri) tampaknya lebih mudah dipengaruhi. Namun,
penelitian yang dilakukan oleh Cox dan Bauer (1979;46) menunjukkan hubungan
kurva linear antara kepercayaan diri dengan daya persuasi, yaitu mereka yang
memiliki tingkat kepercayaan diri yang sedang adalah mereka yang paling mudah
dipengaruhi.
Komunikator juga perlu memperhatikan kesadaran para penerima bahwa
komunikator sedang berusaha mempengaruhi mereka. Orang yang sebelumnya telah
dihadapkan pada beberapa upaya persuasi akan memberikan tanggapan yang berbeda
dengan orang yang belum pernah dipengaruhi sebelumnya. Fiske dan Hartley
(1980;79) menunjukkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi efektivitas suatu
komunikasi :
1. Semakin
besar monopoli sumber komunikasi terhadap penerima, semakin besar kemungkinan penerima
akan menerima pengaruh atau pesan tersebut.
2. Pengaruh
komunikasi yang paling besar adalah pada saat pesan yang disampaikan sesuai
dengan pendapat, kepercayaan dan watak penerima.
3.
Komunikasi dapat menyebabkan perubahan yang efektif atas masalah yang tidak
dikenal, dianggap ringan, dan bukan inti, yang tidak terletak pada pusat sistem
nilai penerima itu.
4.
Komunikasi akan lebih efektif jika sumber dipercaya memiliki keahlian, status
yang tinggi, obyektif, atau disukai, tetapi yang paling utama adalah sumber
memiliki kekuasaan dan dapat diidentifikasikan.
5.
Konteks sosial, kelompok atau kelompok referensi akan menjadi penengah dalam
komunikasi dan mempengaruhi apakah komunikasi akan diterima ataukah ditolak.
Keefektifan Hubungan
Antarpersonal adalah
taraf seberapa jauh akibat-akibat dari tingkah laku kita sesuai dengan yang
kita harapkan. Keefektifan dalam hubungan antarpersonal
ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang
ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan/mempengaruhi untuk
orang lain sesuai dengan kehendak kita. Dalam proses Konunikasi tersebut tentunya ada umpan balik.
Komunikasi
dikatakan efektif jika dapat menimbulkan lima hal, yaitu:
- Pengertian. Pengertian adalah penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang dimaksudkan oleh komunikator
- Kesenangan. Komunikasi dilakukan untuk mengupayakan agar mereka sama-sama merasa senang. Sebagaimana disebut pada Analisis Transaksional (Eric Berne, 1982) sebagai “saya oke, kamu oke”. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi Fatis (phatic communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan.
- Mempengaruhi Sikap. Misal, orang tua melakukan komunikasi dengan anaknya bertujuan untuk mempengaruhi agar mau belajar, inilah contoh persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri orang tua dan pesan yang menimbulkan efek pada remaja.
- Hubungan Sosial Yang Baik. Hubungan sosial yang baik artinya komunikasi ditunjukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia yang merupakan mahluk individu yang sosial mempunyai kebutuhan sosial, yaitu ingin berhubungan dengan orang lain secara positif.
- Tindakan
Faktor
yang Menghambat Efektivitas Komunikasi Kelompok
1. Masalah
prosedural
a. Konflik
peran. Pengaruhnya: para anggota bersaing memperoleh posisi pemimpin, para
anggota merasa tidak jelas mengenai fungsinya.
b. Analisis
masalah. Pengaruhnya: para anggota mengambil jalan pintas dalam menganalisis
masalah.
c. Mengevaluasi
usulan. Pengaruhnya: para anggota mengevaluasi usulan tanpa menyetujui kriteria
untuk mempertimbangkan usulan dan pemecahannya.
2. Masalah
proses
a. Keeratan
kurang. Pengaruhnya: para anggota kurang erat satu sama lain dan bisa
meninggalkan kelompok
b. Keeratan
tinggi. Pengaruhnya: para anggota bisa mengabaikan masalahnya dalam rangka
mempertahankan hubungan interpersonal kelompok.
c. Tekanan
kecocokan. Pengaruhnya: para anggota mencari kecocokan dan mungkin tidak
mengungkapkan perbedaan pendapat dan ketidaksetujuan.
d. Masalah
proses logis. Pengaruhnya: para anggota salah mengerti masalah yang sebenarnya,
menolak informasi yang tepat.
3. Masalah
kepribadian. Pengaruhnya: para anggota segan untuk mengungkapkan masalahnya
sendiri, ketidaksetujuan dianggap menyinggung pribadi.
- Teori-Teori Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan
orang yang berinteraksi yang mempunyai tujuan bersama. Pengertian kelompok
ditinjau dari pendekatan komunikasi dapat dilihat dari definisi Robert A. Bales
dalam bukunya, Interaction Process Analysis, yakni: “Sejumlah orang yang
terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam satu pertemuan yang bersifat
tatap muka (face to face) dimana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan
antara satu sama lainnya yang cukup kentara sehingga baik pada saat timbul
pertanyaan maupun sesudahnya, dia dapat memberikan tanggapan kepada
masing-masing sebagai perorangan” (Effendy, 2003).
Sejumlah teori tentang
tingkah laku kelompok kecil telah dikembangkan dan banyak di antaranya
menunjang usaha-usaha memahami gejala kelompok kecil. Berikut ini akan
disajikan sejumlah teori yang mempunyai relevansi besar bagi perkembangan
komunikasi kelompok.
- Teori Keseimbangan dari Heider
Ruang lingkup teori
keseimbangan (balance theory) dari heider adalah mengenai hubungan-hubungan
antarpribadi. Teori ini berusaha menerangkan begaimana individu sebagai bagian
dari struktur sosial (misalnya, sebagai suatu kelompok) cenderung untuk
berhubungan satu sama lain. Salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat
berhubungan ialah dengan menjalin komunikasi secara terbuka. Anggota kelompok
dapat merumuskan dan menyampaikan pesan-pesan yang dirumuskan oleh anggota
kelompok yang lain. Akan tetapi, teori Heider tidak mencakup komunikasi terbuka
semacam ini. teori Heider memusatkan perhatiannya pada hubungan intrapribadi
yang berfungsi sebagai “daya tarik”. Dalam hal ini, daya tarik menurut Heider
adalah semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan tidak
suka terhadap individu-individu dan objek-objek lain. Dengan demikian, teori
Heider berkepentingan secara khusus dengan apa yang diartikan sebagai
komunikasi intrapribadi yaitu menaruh perhatian pada keadaan-keadaan
intrapribadi tertentu yang mungkin mempengaruhi pola-pola hubungan dalam
kelompok. Di luar itu, relevansi teori keseimbangan dari Heider ini tidak
dirasakan secara langsung. Meskipun demikian, Heider memberikan penjelasan
tentang keseimbangan dalam suatu kelompok. Ahli komunikasi kelompok ini dapat
menemukan keterkaitan erat antara keseimbangan dan tingkah laku komunikasi
terbuka dari anggota kelompok.
Teori
Heider merupakan penjelasan tentang gejala-gejala kelompok. Teori tersebut juga
menyediakan beberapa cara yang bermanfaat untuk melihat kelompok yang mempunyai
hubungan dengan kejadian intrapribadi yang berkaitan dengan dimensi struktural
dari perasaan suka. Teori ini mungkin juga bermanfaat untuk menerangkan
beberapa kejadian komunikasi terbuka di dalam kelompok, walaupun tidak secara
langsung berhubungan dengan tingkah laku pesan.
- Teori A-B-X dari Newcomb
Pendekatan Newcomb
terhadap komunikasi bersifat psikologis, berkaitan dengan interaksi manusia
yang cenderung kepada terbentuknya jaringan kelompok. Model dari Newcomb dapat
membantu ahli komunikasi kelompok dalam menjelaskan dan memperkirakan tingkah
laku kelompok yang beranggotakan 2 orang. Teori ini memusatkan perhatian pada
pola hubungan yang ada di antara 2 individu dalam berinteraksi dan pada objek
yang mempengaruhi interkasi di antara mereka. Sistem A-B-X dari Newcomb
memperluas teori hubungan intrapribadi dari Heider sampai kepada interaksi yang
terjadi di antara anggota dari kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang. Model
dari Newcomb melibatkan tiga unsur, yaitu: A dan B, yang mewakili 2 orang
individu yang berinteraksi; dan X sebagai objek pembicaraan. Menurut Newcomb,
tingkah laku komunikasi terbuka antara A dan B dapat diterangkan melalui
kebutuhan mereka untuk mencapai keseimbangan atau keadan simetris antara satu
sama lain dan juga terhadap X. Komunikasi terjadi karena A harus berorientasi
terhadap B dan X, serta B harus beorientasi terhadap A dan X. Untuk mencari
keadaan yang simetris, A berusaha untuk melengkapi dirinya dengan informasi
tentang orientasi B terhadap X, jika A menemukan keadaan tidak seimbang di
antara mereka. B dengan sendirinya juga akan mempunyai dorongan yang sama
terhadap orientasi A. Besarnya pengaruh akan ditanamkan oleh A dan B terhadap
satu sama lain, serta kemungkinan usaha masing-masing dalam meningkatkan
keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkat pada saat daya
tarik dan intensitas sikap terhadap X meningkat. Dengan demikian, pada model
ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif bagi orang yang
mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya (Severin dan Tankard, 2005)
- Teori Perbandingan Sosial dari Festinger
Teori atau pendekatan
perbandingan sosial mengemukakan bahwa tindak komunikasi dalam kelompok
berlangsung karena adanya kebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap,
pendapat, dan kemampuannya dengan individu lain. Dalam pandangan teori
perbandingan sosial, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota
kelompok lainnya akan mengalami peningkatan jika muncul ketidaksetujuan yang
berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa. Kalau tingkat pentingnya
peristiwa tersebut meningkat, hubungan dalam kelompok juga menunjukkan
peningkatan. Selain itu, setelah suatu keputusan kelompok dibuat, para anggota
kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung
atau membuat mereka lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut.
Menurut Festinger, kita
cenderung mengarahkan komunikasi kita kepada mereka yang dalam struktur sosial
kita diharapkan lebih dekat. Sebagai tambahan catatan, teori perbandingan
sosial ini diupayakan untuk dapat menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari
para anggota kelompok mengalami peningkatan atau penurunan (Goldberg dan
Larson, 1985)
- Teori Sosiometris Moreno
Sosiometris merupakan
sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodologis dan
teoretis terhadap kelompok. Teori ini berasumsi bahwa individu-individu dalam
kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak berkomunikasi,
sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang
melaksanakan tindak komunikasi. Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan
(repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, dimana setiap anggota
diminta untuk memberi jenjang atau rangking terhadap anggota lainnya, dalam
kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan
keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur pola
kelompok melalui sosiometri ini, seseorang dapat menemukan bagaimana kelompok
yang kuat, kompak, dan produktif terbentuk.
- Teori Analisis Proses Interaksi dari Bales
Analisis proses
interaksi dari Bales adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua unsur
komunikasi atau berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama antara
kategori tugas dan kategori sosio-emosional dan kedua kategori tersebut dibagi
dalam unsur positif dan negatif yang sama. Selain itu, penelitian Bales
menunjukkan bahwa kelompok yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang
berkaitan dengan tugas dan kebutuhan antarpribadi cenderung mempertahankan
keseimbangan mereka. Hal ini dilakukan dengan cara meluangkan waktu yang lebih
lama pada kegiatan sosio-emosional dalam tahapan keseimbangan dan begitu pula
sebaliknya.
Menurutnya, jika suatu
kelompok berorientasi pada tugas, pembagian kerja, perbedaan peranan, dan
perbedaan wewenang yang ada, dapat menciptakan banyak kesulitan antarpribadi
yang dapat mempengaruhi solidaritas kelompok. Kesulitan-kesulitan ini
menimbulkan tekanan untuk memuaskan kebutuhan antarpribadi para anggota
kelompok. Pandangan Bales, penting khususnya bagi ahli komunikasi kelompok
karena ia sering diminta untuk membantu kelompok-kelompok yang menderita akibat
ketegangan mental yang diciptakan oleh tekanan-tekanan kontradiktif yang ada
kaitannya dengan tugas dan kebutuhan antarpribadi.
DAFTAR
PUSTAKA
A.W,
Widjaja. 1988. Ilmu Komunikasi.
Jakarta: Bina Aksara.
Arni, Muhammad.
2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Devito, Joseph
A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffesional Books.
Sumadi, Dilla.
2007. Komunikasi Pembangunan.
Bandung: Sambiosa Rekatama Media.
http://mukhliscaniago.wordpress.com/2011/03/12/upaya-meningkatkan-efektivitas-komunikasi-organisasi/
http://www.smakristencilacap.com/arti-pemasaran-dan-manajemen-pemasaran/faktor-yang-mempengaruhi-efektivitas-komunikasi/.di
unduh pada tanggal 22 Februari 2012. Pukul 19.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar